"Semulia-mulianya manusia adalah siapa yang mempunyai adab, merendahkan diri ketika berkedudukan tinggi, memaafkan ketika berdaya membalas dan bersikap adil ketika kuat" (Khalifah Abdul Malik bin Marwan).

Rabu, 11 Februari 2009

0 BAB III ANALISIS PERMASALAHAN (Part 2)

B. KELUARGA SEBAGAI SARANA PENANGGULANGAN

Keluarga (orang tua) memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan kepribadian remaja, selain orang tua sebagai pelindung anggota keluarga dari kejahatan yang menjerumuskan, orang tua pun memegang peranan sebagai pendidik di dalam keluarga.

Dalam Al-Quran Surat At-Tahrim ayat 6, Allah swt berfirman:

Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan". (Depag, 2004: 230)

Dapat dipahami, bahwa keluarga merupakan pelindung anggota dari berbagai hal yang dapat mencelakakan dan menjerumuskan. Maka dari itu, Allah swt memerintahkan orang-orang yang beriman untuk memelihara diri dan keluarganya dari api neraka, yaitu dari perbuatan-perbuatan yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam neraka.

Dalam interaksi keluarga, harus diterapkan prinsip-prinsip pendidikan seperti pendidikan Luqmanul Hakim kepada anaknya (SADAR no IV, 2007: 15). Seperti yang tercermin dalam Firman Allah swt, Surat Luqman ayat 13:


Artinya:
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata di waktu ia memberi pelajaran kepada anaknya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah swt, sesungguhnya syirik itu adalah benar-benar kedzaliman yang besar”. (Depag, 2004: 655)
 
Juga pada Surat Luqman ayat 16:


Artinya:
“Luqman berkata, “hai anakku, sesungguhnya jika ada sesuatu perbuatan seberat biji sawi, dan berada dalam batu, atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan membalasnya. Sesungguhnya Allah maha halus (maha meliputi segala sesuatu, bahkan sampai yang paling kecil sekalipun) dan maha mengetahui”. (Depag, 2004: 655)

Kedua ayat di atas, merupakan nasehat-nasehat Luqman kepada anaknya. Pada ayat 13, Luqman berpesan agar anak-anaknya menyembah Allah swt semata, tidak mempersekutukannya dengan sesuatu pun dan Luqman pun memperingatkan bahwa syirik adalah benar-benar kedzaliman yang besar.

Pada ayat 16, Luqman berpesan kepada anak-anaknya, bahwa segala perbuatan itu harus karena Allah swt, bahkan sampai perbuatan yang kecil pun. Karena sesungguhnya Allah itu maha halus dan maha mengetahui, sehingga perbuatan apapun yang dilakukan, baik itu yang besar atau yang kecil, yang dzahir atau yang tersembunyi akan mendapatkan balasannya dari Allah swt. 

Karakter pendidik sebagaimana ditampilkan Luqmanul Hakim, yaitu seperti bertauhid dan bertaqwa kepada Allah swt, berbakti kepada kedua orangtua, berpengetahuan luas, berakhlaqul-karimah, ikhlas, tabah, dan menumbuhkan tanggung jawab pada diri anak, harus diterapkan dalam pelaksanaan kehidupan sehari-hari.  

Adapun mengenai pentingnya orangtua memberikan pendidikan kepada anak, Rasulullah saw bersabda (An-Nawawi, 1995:314): “Tidak ada pemberian yang lebih utama dari seorang ayah kepada anaknya, daripada pendidikannya yang baik”. (H.R. Tirmidzi dan Al-Hakim)

Pemberian yang lebih utama dan lebih baik adalah mendidik anak agar menjadi seorang remaja yang terdidik, baik secara keimanan, intelektual juga secara fisik.
Menurut Soeryana (2008), “pendidikan intelektual dapat dibangun dengan cara menumbuhkan pemikiran anak dengan ilmu-ilmu yang bersifat ilmiah”.

Pendidikan intelektual tersebut berupa ilmu-ilmu syariat, kebudayaan ilmiah dan modern, kesadaran intelektual dan peradaban. Sehingga anak matang dalam pemikiran dan sikap ilmiah nya.

Selain itu, untuk menumbuhkan anak menjadi seorang remaja yang lengkap dan terdidik secara sempurna, anak harus mendapatkan pendidikan fisik, sebagai persiapan pendidikan moral untuk membentuk akhlak dan kebiasaan.

Mengenai pendidikan fisik, Rasulullah saw bersabda (An-Nawawi, 1995: 295): “Ajarilah anak-anak laki-laki kamu sekalian berenang dan memanah, serta ajarkan kepada anak wanita keterampilan menenun”. (HR. Baihaqy)

Memanah, berenang, berkuda, dan lain-lain merupakan olahraga pada zaman Rosulullah saw, hal tersebut merupakan persiapan untuk melatih fisik anak, agar anak-anak tumbuh seiring dengan baiknya pertumbuhan fisik, sehat badan, bergairah, dan bersemangat.

Adapun menurut Abdurrahman (2005:161), “pendidikan fisik yang dapat diterapkan kepada anak selain pendidikan olahraga adalah dengan menerapkan aturan yang sehat ketika melakukan segala perbuatan”.

Selain itu, anak juga harus dibiasakan untuk menghindari tempat yang dianggap bisa menularkan penyakit, bersungguh-sungguh dan menghindari penyimpangan, juga anak harus dibiasakan hidup sederhana, tidak mewah dan tidak tenggelam dalam kenikmatan.

Hal ini termasuk diantara kebiasaan yang dilakukan oleh nabi dalam mendidik keluarga dan kaum muslimin, yang dimulainya oleh beliau sendiri kemudian diikuti jejaknya oleh pengikutnya.

Itulah peranan keluarga yang seharusnya ditampilkan dalam keluarga, baik di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat, yaitu keluarga yang mampu memberikan pendidikan kepada anak-anaknya, dengan harapan agar anak menjadi remaja yang mampu mengemban kewajiban, menunaikan risalah, dan melaksanakan tanggung jawab.

Maka, dapat dipahami bahwa pendidikan keimanan merupakan pendidikan dasar, pendidikan fisik sebagai persiapan pendidikan moral untuk membentuk akhlak dan kebiasaan, sedangkan pendidikan intelektual untuk penyadaran dan pembudayaan.

Namun pada kenyataan yang ada sekarang tidak demikian, seperti pada pendapat Ny Retno T susilowati (SADAR no I, 2007: 20), “dalam praktek sehari-hari sering dijumpai bahwa keluarga tidak mengetahui dan tidak menyadari bahwa anak remajanya terlibat penyalah-gunaan narkoba. Banyak diantara anak remaja yang sudah terlibat dalam penyalah-gunaan narkoba bertahun-tahun lamanya tanpa diketahui oleh keluarganya”.

Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan orang tua dan kepandaian remaja memanipulasi keterlibatan nya dalam penyalah-gunaan narkoba sehingga orang tua dapat dibohongi.

Maka sebagai orangtua yang beriman, pengetahuan yang berkaitan dengan hal ikhwal penyalah-gunaan narkoba sangat diperlukan, guna mencegah dan sesegera mungkin menanggulangi remaja yang sudah terlibat. 

Dari hasil wawancara penulis dengan bapak H. Drs Ipin Sopandi pada tanggal 27 - 29 Desember 2007, agar tidak terjadi hal seperti di atas, maka para orangtua harus mewaspadai gejala-gejala dini anak remaja, diantaranya:

a. Mengenali Gejala,

Orang yang menyalahgunakan narkoba, biasanya dapat dilihat dari gejala-gejala, misalnya remaja menjadi kehilangan nafsu makan sehingga berat badan semakin menurun, tubuh lesu dan lemah, muka pucat, mata cekung, sering mengantuk dan tidur, cara jalan tidak teratur, menjadi tidak memperhatikan kebersihan dirinya.

b. Mengenali Alat-alat yang Sering Digunakan

Jika ada benda-benda tersimpan di tempat yang tidak biasanya, dan tersembunyi (biasanya di dalam kamar), maka setidaknya orang tua harus mewaspadai, benda-benda itu antara lain:
1) Kertas timah, yang berasal dari bekas bungkus rokok, atau bekas permen atau coklat. Kertas ini biasanya ditemukan seperti sudah dibakar.
2) Korek atau lilin, yang digunakan untuk membakar kertas timah yang di atasnya ditaburi putaw. 
3) Kertas atau uang yang dilinting, gunanya untuk menghisap putaw hasil pembakaran di atas kertas tadi.
4) Sendok makan yang biasanya berada di dapur, digunakan sebagai tempat melarutkan putaw yang sudah dicampur dengan air, dan kemudian dihangatkan dengan lilin.
5) Suntikan, digunakan untuk menyuntikkan cairan putaw yang sudah dihangatkan tadi.
6) Kapas, digunakan untuk membersihkan darah dari bekas suntikan. 
7) Karet atau tali, gunanya untuk mengikat lengan bagian atas, sehingga memudahkan penyuntikan. 
8) Plastik atau CD, digunakan sebagai tempat membagi-bagi serbuk putaw menjadi paket-paket kecil
9) Kartu telepon bekas atau silet, digunakan untuk membagi-bagi serbuk putaw
10) Bong, alat khusus untuk menghisap shabu-shabu. Tabung gelas yang setengahnya berisi air dengan dua buah sedotan yang satu terendam air, dan yang satu lagi tidak terkena air. 

c. Mengenali Perubahan Kebiasaan Remaja

Selain perubahan perilaku, ada beberapa perubahan yang tidak wajar, antara lain: mengurung diri dan mengunci diri berlama-lama di dalam kamar. Kebiasaan yang tidak wajar ini, adalah dimana mereka sedang menikmati narkoba. 

Jika orangtua melihat hal yang di luar kebiasaan anaknya (tidak wajar), maka orang tua harus segera membawa anaknya ke dokter, dan jika ternyata memang anak tersebut positif sebagai pecandu narkoba, segera berobat, terapi, dan rehabilitasi. Untuk mencegah kemungkinan anak akan semakin parah. 

0 komentar: