Sebagian remaja menyalahgunakan narkoba adalah sebagai jalan keluar untuk menghindar dari kesulitan hidup dan konflik-konflik batin yang berat. Pada umumnya mereka yang biasa hidup mewah, tidak bisa menghadapi masalah-masalah berat, kurang mendapat sentuhan iman dan akhlak, disamping itu jiwanya sangat labil sehingga pada saat dirinya dihadapkan pada berbagai macam kesulitan yang berat yang tidak mereka bayangkan sebelumnya, sementara itu dia tidak mampu menyelesaikannya, maka pada akhirnya pada penyalah-gunaan narkoba, sebagai jalan untuk mencari penenang dari rasa ketakutan dan kerisauan hatinya.
Budiman (2007) berpendapat, ada tiga faktor yang saling berinteraksi yang mendorong remaja menyalahgunakan narkoba, diantaranya adalah:
1. Faktor Individu
Dalam dokumen BNK Samarinda (Kompas, 2007) disebutkan bahwa “faktor yang menyebabkan remaja menyalahgunakan narkoba, salah satunya adalah faktor dari individu itu sendiri antara lain: emosional dan mental serta perasaan rendah diri”.
2. Faktor lingkungan
Nasir (2002:86) berpendapat, penyebab remaja menyalahgunakan narkoba yang berasal dari lingkungan dibagi menjadi tiga bagian:
Rasa cinta kasih sayang yang tidak merata terhadap anak, mungkin disebabkan karena kelahiran anak yang tidak dihendaki orang tuanya atau karena disharmonis di dalam keluarga yang menyebabkan anak merasa diterlantarkan oleh orang tuanya.
Muhyidin (2004:23) menambahkan bahwa “orang tua yang sibuk, kurang memberi teladan yang baik dan kurang mengetahui tentang cara-cara mendidik yang baik menyebabkan anak kurang terbina sehingga anak rentan terhadap penyalah-gunaan narkoba”.
Faktor lainnya yang menjadi faktor pendorong adalah “berasal dari sikap orang tua yang terlalu protektif terhadap anaknya. Biasanya, hal itu membuat anak merasa kurang percaya diri dan kurang rasa harga diri pada anak”. (Al-Ghifari, 2003:17)
Atau cara berkomunikasi yang keliru pada anak, seperti meremehkan pendapat, mengancam, selalu mengkritik tapi tidak mau menerima saran, dan lain-lain. Hal tersebut dapat memicu anak berlaku menyimpang dengan mencoba narkoba.
Adanya dorongan dan paksaan dari teman sebaya, menyebabkan individu harus mencicipi sedikit dari barang haram tersebut, namun karena adanya rasa ketagihan sehingga individu pun akhirnya terjerumus ke dalamnya.
Menurut Zainab Al-Ghazali (2000:40), ”hal tersebut disebabkan kurangnya perhatian dari pihak-pihak yang bersangkutan, sehingga narkoba lebih mudah masuk ke dalam lingkungan sekolah. Juga karena tidak adanya interaksi antara guru dan murid, sehingga guru kurang mengetahui masalah anak di luar proses belajar mengajar”.
c. Lingkungan Masyarakat
“Faktor-faktor lingkungan masyarakat masih kurang menguntungkan bagi perkembangan remaja, diantaranya remaja kurang diikutsertakan dalam keorganisasian masyarakat, cara pendekatan yang kurang tepat, kurang teladan yang positif dari masyarakat” (Soedarsono, 1989: 31).
Tidak terpenuhinya kehendak remaja menyebabkan minat dan bakatnya disalurkan kepada hal-hal yang kurang wajar, salah satunya dengan menyalahgunakan narkoba.
Di zaman modern sekarang ini peredaran narkoba semakin pesat, sehingga penyalah-gunaan narkoba kini bukan hanya dikonsumsi oleh remaja di kota-kota besar saja, melainkan remaja di pedalaman.
a. Keyakinan Adiktif
Di dalam kamus bahasa Indonesia (Pratiwi, 2005: 90) “Keyakinan adiktif adalah keyakinan tentang diri sendiri, tentang orang lain dan dunia sekitarnya”. Semua keyakinan itu menentukan perasaan-perasaan, kepribadian, dan perilakunya sehari-hari. Beberapa keyakinan yang menjadi pendorongnya adalah: saya harus sempurna dan tampil sempurna, saya harus menguasai dan mengendalikan orang lain atau keadaan, saya harus memperoleh yang saya inginkan, dan sebagainya.
b. Kepribadian Adiktif
c. Ketidakmampuan Menghadapi Masalah
Banyak orang yang tinggal dalam keadaan yang salah dan keliru, sedikit sekali orang yang dapat dijadikan teladan, sehingga mereka tidak terlatih untuk menyelesaikan masalah secara baik dan benar. Sebaliknya mereka lebih suka menyelesaikan masalah pada saat itu juga, yang langsung dapat memuaskan keinginannya.
Banyak orang tidak memperoleh kebutuhan yang seharusnya diterima, yaitu penerimaan tanpa syarat, keakraban, rasa aman, makna dan tujuan hidup, kemandirian dan kegembiraan. Ketidakmampuan mengatasi masalah dan toleransi terhadap stress, frustasi, kesepian, yang menjadi pemicu untuk mencari pemuasan, pelampiasan, dan rasa nyaman hanya dengan mengkonsumsi narkoba.
Tanpa dukungan sosial yang memadai dari keluarga, sekolah, masyarakat, ketidakmampuan menghadapi masalah, menyebabkan remaja mencari penyelesaiannya pada narkoba.
a. Anticipatory beliefs, yaitu anggapan bahwa jika memakai narkoba orang akan menilai dirinya hebat, dewasa, mengikuti mode, dan sebagainya.
b. Reliefing beliefs, yaitu keyakinan bahwa narkoba dapat digunakan untuk mengatasi ketegangan, kecemasan, dan depresi akibat stress.
c. Facilitative beliefs, yaitu keyakinan bahwa penggunaan narkoba merupakan gaya hidup atau kebiasaan karena pengaruh zaman atau perubahan nilai sehingga dapat diterima (Ramayulis, 1996: 17)
0 komentar:
Posting Komentar